Kamis, 13 November 2008

Laporan

BAB VI

PENUTUP

Kesimpulan

Latar belakang berdirinya Pusham (Pusat Studi Hak Asasi Manusia) Unair diawali dari adanya surat keputusan dari Menteri HAM yang ditujukan kepada seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Salah satunya ditujukan kepada Universitas Airlangga. Isi dari surat Menteri HAM adalah agar setiap perguruan tinggi mendirikan lembaga studi Hak Asasi Manusia (HAM). Surat dari Menteri HAM kemudian diproses oleh pihak Unair dan kemudian lahirlah Pusham Unair pada tahun 2000.

Setelah Pusham Unair diresmikan pada tanggal 2 November 2000 oleh Rektor Unair, lalu acara selanjutnya adalah langkah perumusan visi dan misi. Perumusan visi dan misi ini diawali dengan ceramah, analisis korban dan pelaku pelanggaran HAM, analisis isu-isu strategis, analisis mandat dan nilai-nilai dilanjutkan dengan perumusan penetapan visi dan misi. Sesudah mempertimbangkan karakteristik korban dan pelaku pelanggaran HAM, Issu Strategis, Mandat dan Nilai-nilai, maka :

Visi Pusham Unair, adalah :

Terwujudnya tatanan masyarakat sipil yang saintifik dan demokratis, yang mengedepankan supremasi hukum dan hak asasi manusia, dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.



3

isi Pusham Unair, adalah :

1. Mendorong terwujudnya kebijakan publik yang lebih berorientasi pada rasa keadilan masyarakat luas

2. Memperkuat proses-proses konsolidasi dan koordinasi kekuatan-kekuatan masyarakat dan perguruan tinggi yang peduli pada pengembangan wacana dan penegakan HAM.

3. Menumbuhkan dan melembagakan kesadaran hukum dan HAM pada masyarakat, perguruan tinggi, aparat negara dan kalangan pengusaha.

Sekarang ini pada tahun 2008 Pusham unair mempunyai dua agenda kegiatan atau program utama. Kegiatan yang pertama adalah tentang reformasi polisi dan yang kedua adalah tentang perempuan dan politik. Reformasi polisi ini bertujuan agar di dalam tubuh Polri dilakukan reformasi dan agar mempunyai pendekatan-pendekatan yang lebih humanistic dan lebih memihak atau menjunjung HAM dalam upaya penyelesaian masalah yang ditangani polisi. Kegiatan yang kedua adalah perempuan dan politik. Di Indonesia posisi perempuan sering termarginalkan. Padahal HAM adalah salah satu hak perempuan juga. Dalam dunia politik, posisi perempuan juga kurang mendapat tempat atau kesempatan yang lebih dari pada laki-laki. Tujuan dari kegiatan ini adalah Pusham membrikan dukungan kepada teman-teman perempuan agar dapat lebih aktif berpartisipasi dalam dunia politik.

Selain dua kegiatan utama tersebut, Pusham Unair juga mempunyai kegiatan utin yang dilakukan dan sifatnya insidental. Kegitan-kegiatan tersebut biasanya tentang diskusi-diskusi bersama tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh politik, budaya, seni, dan lain-lain. Kegiatan insidental yang diadakan olerh Pusham Unair misalnya adalah kedatangan Budiman Sudjatmiko untuk diskusi dengan kawan-kawan GMNI dan lain-lain di Pusham Unair. Budiman Sudjatmiko menyampaikan atau membicarakan tentang Soekarno sebagai seorang proklamator, Presiden pertama RI dan sebagai seorang ideolog serta menyampaikan kondisi politik dan bangsa Indonesia saat ini.

Salah satu wujud nyata dari program jangka panjang Pusham Yang pertama adalah COP (Corporate Organization Police) atau biasa disebut FKPM. COP merupakan program dari Polri sejak kedudukannya secara struktural terlepas dari TNI. Polri telah merespon reformasi tersebut dengan melakukan perubahan pada tiga aspek, yaitu aspek struktural (kelembagaan, organisasi, susunan dan kedudukan), aspek instrumental (visi, misi dan tujuan), dan aspek kultural (manajerial, sistem rekrutmen, sistem pendidikan, sistem material, fasilitas dan jasa, sistem anggaran dan sistem operasional). Dari ketiga aspek tersebut aspek kultural merupakan yang paling berat, karena menjadi wujud nyata dalam bentuk kualitas pelayanan Polri kepada masyarakat, dan menjadi tolak ukur keberhasilan dalam tugas dan fungsi Poiri yaitu sebagai penegak hukum, pelayan, pelindung, pengayom masyarakat, dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas). Dengan adanya tuntutan reformasi dalam tubuh Polri yaitu dalam aspek kultural dan juga dalam masyarakat yaitu kesadaran akan pentingnya stabilitas kamtibmas, maka masyarakat telah mewujudkannya dalam suatu bentuk program yang disebut COP (Community Oriented Policing). Program COP telah diadobsi dari berbagai negara yang telah berhasil mengimplementasikannya. Implementasi program COP merupakan atas kerjasama dari berbagai pihak antara lain pemerintah, swasta, dan masyarakat termasuk juga kepolisian. Program ini sampai sekarang telah diimplementasikan di berbagai kota besar di Indonesia termasuk Surabaya. Di Surabaya sendiri program COP mulai diimplementasikan pada tanggal 8 April 2004, yang telah bekerjasama dengan The Asia Foundation sebagai lembaga donor, Pusham Unair sebagai "civil society organization", Polwiltabes Surabaya, dan juga Pemerintah Kota Surabaya yang telah memberikan dukungan lewat kebijakan alokasi anggaran khusus dalam APBD tahun 2005

7 komentar:

youth06_movement.blogspot.com mengatakan...

adow...elek bget blog'u!!!! mbuat orang bingung ae!!!!
jwabannya uda lngkap so g perlu djwab lge!!!! klo g pham, brarti krg mbaca!!!! tlong yw mbacanya dperbnyak!!!!! BUKA D'GOOGLE KLO PGEN JWABAN YG BRIBU-RIBU.....ckup skian n trima ksihhhh............slmat mnikmati!!!!!!!!!!!

youth06_movement.blogspot.com mengatakan...

to : black man (maling sandal)

kelompok qta neh ngambil GMNI ya karena Qta kedapetan GERAKAN PEMUDA n ini orisinil lho,, bukan plagiat alias ikut-ikutan...N qta jg pny kenalan anak GMNI UNAIR...btw,,klo masalah dana qta udah nanya anak GMNI sendiri. Biasanya dana didapat dari kas organisasi n juga dapet sumbangan dari alumni-alumni GMNI yang uda besar namanya..biasanya seh yang duduk di kursi DPR. klo mo lyat lebih jelasnya...lyat isi blog qta dunk!!! phami nkmati n rsakan jwabannya...ada mua kok....
intermezo : kale-kale j drimu mw nyumbang....hsil dr ngeloak sndal kn lmyan....y p y??? y dowk!!! hehehe

youth06_movement.blogspot.com mengatakan...

to : bajaj bjuri gogon ter...teran....ter p yw? isi ndiri j d.....
nape GMNI selalu ndukung yg muda??? karena dilihat dari gerakan nya sendiri aja gerakan pemuda ya jelas donk dukung yang muda-muda...n qta sebagai generasi penerus bangsa harus memberikan dukungan pada penerus bangsa,,bukan mengesampingkan capres-cawapres tua tetapi ya gak ada salahnya toh berjuang..kayak a mild aja,,masa harus tua dulu baru blh ngomong???!!!iya kan???thnx22

youth06_movement.blogspot.com mengatakan...

to: monster mlut....teu knne buat cp??? mkasih cz ud pham....g ad mksud bt nyindir tp bmkasud mengingatkn knyataan hehehehe....
2 d'point....npe qt mli dSBY?liat djwabannya black man, qt ad knal ma ank GMNI UNAIR (bca fieldnote) tu yg prtama, yg kdua n sterusnya....cz SBY GMNI'na rme, kota gde so rme klo dtliti. sru mnis asam asin....yg laennya msalah ongkos...emg u mw ongkosi klo qt pgen pnlitian k'irja???? wis pham kn??????
VIAN

youth06_movement.blogspot.com mengatakan...

TO : Black dedy

langsung aja ya,, struktur dari GMNI sendiri bs kalian lihat di laporan kelompok kami. n kalangan GMNI sendiri direkrut dari golongan mahasiswa mana aja,, ada dari Unair, Unesa, Unej, dll masih banyak lagi... untuk lebih jelasnya silahkan lihat bab4 blog qta.. oya masalah lokasi perasaan uda dijawab berkali-kali dech...kena amnesia ya???

youth06_movement.blogspot.com mengatakan...

to : Paulus yang banyaaak nanya banget!!!!

aduhh2,,klo nanya dibaca dulu donk biar gak nanya lage...konflik dalam GMNI sendiri juga terjadi disaat pengkaderan dalam struktur GMNI tingkat Jawa timur,biasanya banyak calon anggota yang ikut dalam pengkaderan saling berebut simpati agar dapat mudah memasuki dan dipilih dalam organisasi inti. Misalnya antara kubu GMNI Unair dan GMNI Unesa. Konflik yang biasanya terjadi pada tiap tahun akan diadakannya pengkaderan... tolong baca fieldnote qta ya biar gak nanya2 lage!!!!!thnX

youth06_movement.blogspot.com mengatakan...

Buat Paulus yang sering nanya2,, kali ini qta mw ngsih jwbn soal Marhaenisme secara lebih detail :


* Marhaenisme diambil dari nama Marhaen yang merupakan sosok petani miskin yang ditemui Sukarno. Kondisi prihatin yang dialami seorang petani miskin itu telah menerbitkan inspirasi bagi Sukarno untuk mengadopsi gagasan tentang kaum proletar yang khas Marxisme. Belum diketahui dengan pasti - sebab Sukarno hanya menceritakan pertemuannya saja - kapan pertemuan dengan petani itu belangsung. Sehingga banyak pihak yang mempertanyakan, benarkah ada pertemuan itu? Ataukah pertemuan itu hanya rekaan Sukarno saja? Belum ada jawaban pasti.

Namun dalam Penyambung Lidah Rakyat (Cindy Adams) ia bercerita mengenai pertemuan itu terjadi di Bandung selatan yang daerah persawahannya terhampar luas. Ia menemui seorang petani yang menggarap sawahnya dan menanyakan kepemilikan dan hasil dari sawah itu. Yang ia temukan adalah bahwa walaupun sawah, bajak, cangkul adalah kepunyaan sendiri dan ia mengejakannya sendiri hasil yang didapat tidak pernah mencukupi untuk istri dan keempat anaknya. Petani itu bernama Marhaen.Namun, yang jelas, Sukarno mengembangkan gagasan sentral Marhaenisme jelas-jelas bersumber pada Marxisme. Bahkan, banyak yang menyatakan bahwa Marhaenisme merupakan Marxisme yang diterapkan di Indonesia.

Sejak 1932, ideologi Marhaenisme telah mewarnai wacana politik di Indonesia. Pada 4 July 1927 ia mendirikan PNI dimana Marhaenisme menjadi asas dan ideologi partai di tahun 1930-an. Dalam bukunya berjudul Indonesia Menggugat, Sukarno sangat menekankan pentingnya penggalangan massa untuk sebuah gerakan ideologis. Menurut penafsiran Sutan Syahrir, Marhaenisme sangat jelas menekankan pengumpulan massa dalam jumlah besar. Untuk ini, dibutuhkan dua prinsip gerakan yang kelak dapat dijadikan pedoman dalam sepak-terjang kaum Marhaenis. Ditemukanlah dua prinsip Marhaenisme, yakni sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Untuk menjelaskan kedua prinsip itu, Sukarno telah mengadopsi pemikiran dari Jean Jaurhs (sosialis) dari Perancis dan Karl Kautsky (komunis) dari Jerman. Ajaran Jaurhs yang melawan sistem demokrasi parlementer digunakan oleh Sukarno untuk mengembangkan sikap para Marhaenis yang wajib taat pada pemimpin revolusi, tanpa boleh banyak tanya soal-soal yang pelik dalam bidang politik.

Sedangkan dari Karl Kautsky, Sukarno makin dalam mendapatkan keyakinan bahwa demokrasi parlementer merupakan sistem masyarakat borjuis yang tidak mengenal kasihan pada kaum yang miskin. Bahkan didalam bukunya yang berjudul “Dibawah Bendera Revolusi”, Sukarno benar-benar terpengaruh oleh Kautsky, dengan menyatakan bahwa seseorang tidak perlu untuk menjadi komunis jika hanya ingin mencermati demokrasi sebagai benar-benar produk masyarakat borjuis.

Selanjutnya Sukarno menyatakan bahwa setiap Marhaenis harus menjadi revolusioner sosial, bukan revolusioner borjuis, dan sosok itu dijuluki Sukarno sebagai sosio-nasionalisme atau nasionalisme marhaenis. Namun, pada 26 November 1932 di Yogyakarta, Sukarno menandaskan bahwa Partai Indonesia dimana ia berkumpul, tidak menginginkan adanya pertarungan kelas. Disini jelas Sukarno memperlihatkan awal watak anti-demokrasinya dan hendak menafikan keberadaan pertarungan kelas sebagai tak terpisahkan untuk memperjuangkan kelas lemah yang tertindas.

Kediktatoran Sukarno juga mulai terlihat sejak konsep Marhaenisme berusaha diwujudkannya menjadi ideologi partai. Syahrir dan Hatta yang memperkenalkan kehidupan demokratis didalam Partindo (Partai Indonesia) pelan-pelan dipinggirkan dan kehidupan partai mulai diarahkan pada disiplin ketat dan tunduk pada pucuk pimpinan. Untuk menempuh ini Sukarno tidak menggunakan cara yang ditempuh oleh Lenin yang pernah menjelaskan secara logis kepada kelompok Mesheviks ketika Lenin menjadi diktator. Jalan yang ditempuh Sukarno hanyalah sibuk dengan penjelasan-penjelasan pentingnya keberadaan partai pelopor yang memiliki massa besar.

Bagi Sukarno, menegakkan ideologi Marhaenisme lebih penting ketimbang membangun kehidupan demokratis. Sembari mengutip Karl Liebknecht, ideolog komunis Jerman, Sukarno menegaskan bahwa massa harus dibuat radikal dan jangan beri kesempatan untuk pasif menghadapi revolusi. Meski kelak sesudah kemerdekaan tercapai, penganut Marhaenisme cenderung bergabung dengan partai Murba, namun Marhaenisme ini lebih menyepakati tafsiran Tan Malaka tentang Marhaenisme.


POKOK- POKOK AJARAN MARHAENISME

Marhaenisme mengangkat masalah penghisapan dan penindasan rakyat kecil yang terdiri dari kaum tani miskin, petani kecil, buruh miskin, pedagang kecil kaum melarat Indonesia yang dilakukan oleh para kapitalis,
tuan-tanah, rentenir dan golongan-golongan penghisap lainnya. Ungkapan yang sering dipakai oleh Bung Karno, dan yang paling terkenal, adalah exploitation de l’homme par l’homme (penghisapan manusia oleh manusia).
Marhaenisme, yang telah dilahirkannya dan dikembangkannya antara tahun 1930-1933 merupakan pemikiran-pemikiran kiri yang senafas dengan Marxisme.

Pemikiran Bung karno dalam hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa baginya, kepentingan rakyat adalah tujuan akhir dari segala-galanya. Dalam tilikan Sukarno, masa itu mayoritas penduduk Indonesia, entah itu buruh, tukang becak, tukang asongan, nelayan, hingga insinyur hidup seperti Pak Marhaen tadi. Mereka memiliki alat produksi, namun hal itu tak menolong mereka untuk hidup layak. Akhirnya, ajaran ini diberi nama Ć¢€MarhaenismeĆ¢€. Misi ajaran ini adalah terbitnya kesejahteraan sosial (sosio demokrasi) pada seluruh kaum marhaen yang mengalami penindasan dan pengisapan di bumi pertiwi ini

Pidato Bung Karno dalam konferensi Partindo, Mataram 1933

TENTANG MARHAEN, MARHAENIS, MARHAENISME

1. Marhaenisme yaitu Sosio Nasionalisme dan Sosio Demokrasi

2. Marhaen yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum melarat Indonesia yang lain-lain.

3. Partindo memakai perkataan Marhaen, dan tidak proletar oleh karena perkataan proletar sudah termaktub didalam perkataan Marhaen, dan oleh karena perkataan proletar itu bisa diartikan bahwa kaum tani dan kaum lain-lain kaum melarat tidak termaktub didalamnya.

4. Karena Partindo berkeyakinan bahwa didalam perjoangan, kaum melarat Indonesia lain-lain itu yang harus menjadi elemen-elemennya (bagian-bagiannya), maka Partindo memakai perkataan Marhaen itu.

5. Di dalam perjuangan kaum Marhaen, maka Partindo berkeyakinan bahwa kaum Proletar mengambil bagian yang paling besar sekali.

6. Marhaenisme adalah Azas yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan negeri yang dalam segala halnya menyelamatkan kaum Marhaen.

7. Marhaenisme adalah pula Cara Perjoangan untuk mencapai susunan negeri yang demikian itu, yang oleh karenanya harus suatu cara perjoangan yang Revolusioner.

8 Jadi Marhaenisme adalah: cara Perjoangan dan Azas yang ditujukan terhadap hilangnya tiap-tiap Kapitalisme dan Imperialisme.

9. Marhaenisme adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia yang menjalankan Marhaenisme.

Sedangkan dalam Amanat Pada Konfrensi Besar GMNI pada tahun 1959 di Kaliurang, Bung Karno menegaskam tentang Marhaenisme Sebagai berikut:

1. Marhaenisme adalah asas yang menghendaki susunan masyarakat yang dalam segala halnya menyelamatkan kaum Marhaen

2. Marhaenisme adalah cara perjuangan yang revolusioner sesuai dengan watak kaum Marhaen pada umumnya

3. Marhaenisme adalah dus asas dan cara perjuangan tegelijk menuju hilangnya kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme.

Bung Karno, PNI, dan Marhaenisme merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Adalah Bung Karno yang melahirkan PNI pada 1927. Ia pula yang menciptakan Marhaenisme, juga pada 1927. Kaum Marhaen,
menurut Bung Karno, adalah orang kecil, kaum ngarit, tukang kaleng, kaum nelayan, dan kaum-kaum melarat lainnya. Tampak bahwa ketika diciptakan, konsepsi Marhaen berbeda dengan konsepsi proletar Marxis. Namun kemudian Bung Karno mendorong konsepsi Marhaenisme ke arah Marxis dan sempat menjadi asas PNI.


Mungkin sudah lebih jelas ?????

Thnx